Kata “sistem” banyak sekali digunakan dalam percakapan sehari-hari, dalam forum diskusi maupun dokumen ilmiah. Kata ini digunakan untuk banyak hal, dan pada banyak bidang pula, sehingga maknanya menjadi beragam. Dalam pengertian yang paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan benda yang memiliki hubungan di antara mereka. (A "system" is a collection of things which have relationships among them). Pada redaksi bahasa yang sedikit berbeda, sistem didefinisikan pula sebagai: “a group of interacting, interrelated, or interdependent elements forming a complex whole” [1]. Sistem adalah suatu gugus dari elemen yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau suatu gugus dari tujuan-tujuan[2]. Dari banyak pengertian tentang sistem yang berkembang, satu hal yang pasti adalah tentang aspek “keutuhan” (wholeness).
“Sistem”
memiliki objek yang beragam, mulai dari hal fisik misalnya untuk organisme dan
barang elektronik, pada dunia sosial misalnya untuk menyebut sebuah organisasi,
sampai ke dunia ide misalnya “sistem nilai. Konsep “pemikiran sistem” lahir
dari dunia ilmu alam yang digeluti Herbert Spencer dan penerusnya, serta bidang
biologi oleh HJ Henderson dan pengikutnya. Konsep sistem telah digunakan dalam
ilmu ekonomi, antroplogi, psikologi, ilmu politik, sosiologi, dan terutama
dalam teori organisasi.
Sistem terdapat dalam tubuh manusia sebagai
unit fungsi fisiologis, dalam suatu organisme berupa fungsi dan proses vital di
dalamnya, dalam sekumpulan komponen mekanik dan elektrik pada benda elektronik,
dalam suatu jaringan saluran sehingga memungkinkan untuk berkomunkasi, atau dalam
suatu jaringan komputer yang saling terhubung dalam satu kantor misalnya.
Sistem juga dapat bemakna sejumlah ide dan prinsip yang saling berhubungan yang
terorganisasi, sebagai suatu bentuk organisasi sosial-ekonomi-politik, atau
sebagai sejumlah objek dan fenomena yang terkelompok bersama.
Dalam makna sistem sebagai suatu organisasi
dari sejumlah element dan bagian yang bekerja sebagai sebuah unit, maka beberapa
kata yang dekat dengan pengertian ini adalah entity, integral, sum, totality,dan whole. Sistem juga dapat bermakna sebagai sejumlah bagian
yang berkomposisi saling terkoneksi, atau disebut sebagai kompleks (complex). Dan, dalam makna sebagai susunan dan desain yang
sistematis, maka ia dekat dengan kata-kata: method, order, orderliness, organization, pattern, plan, systematization, dan systemization. Sedangkan, sebagai pendekatan yang
digunakan untuk melihat sesuatu, makna sistem tergambar dalam kata-kata: fashion, manner, method, mode, modus operandi, style, dan way.
Sebuah
sistem, adalah sebuah komposisi dari sejumlah element yang saling berinteraski
sehingga membentuk sebuah kesatuan yang padu (a unified whole). Kata “sistem” berasal dari bahsa Latin and Yunani
yang bermakna sebagai “combine, to set
up, to place together”. Jadi, sebuah sistem berisi komponen atau elemen,
yang saling terkoneksi secara bersama-sama dalam tujuan untuk memfasilitasi
aliran informasi, materi, maupun energi. Setiap objek mestilah merupakan sebuah
sistem.
Pada prinsipnya, setiap sistem selalu terdiri
atas empat hal[3],
yaitu: (1) Objek, yang dapat berupa bagian, elemen, ataupun variabel. Ia dapat
benda fisik, abstrak, ataupun keduanya sekaligus; tergantung kepada sifat
sistem tersebut. (2) Berisi atribut, yang menentukan kualitas atau sifat
kepemilikan sistem dan objeknya. (3) Memiliki hubungan internal di antara
objek-objek di dalamnya. Dan, (4) Sistem hidup dalam satu lingkungan tertentu.
Ada berbagai
tipe sistem, yaitu sistem terbuka (open system) dimana pihak luar dapat mempengaruhinya, atau
sebaliknya sebagai sebuah sistem tertutup (closed system). Sebuah sistem disebut dinamis apabila
komponen ataupun interaksi di dalamnya berubah dalam dimensi waktu. Kita juga
mengenal antara “sistem fisik” (physical systems) yang komponennya adalah meteri dan
energi, dan “sistem non-fisik” (conceptual systems) yang merupakan dunia ide. Dalam ilmu komputer dan
dunia informasi, “metode” adalah nama lain untuk menyebut “sistem”. Dalam
pembangunan, sebuah organisasi adalah sistem manusia yang tergolong kepada conceptual systems, dimana komponennya
adalah subsistem, proses, dan struktur. Contohnya, berpikir secara sistem (system thinking) merupakan aspek
kepemimpinan yang penting. Salah satu jargon yang populer yang bertolak dari
kesadaran tentang sistem adalah: “Thinks
globally, acting locally”. Dengan memahami sistem, kita jadi tahu posisi
kita dimana dalam sistem tersebut.
Berpikir
secara sistem (systems thinking) telah berkembang jauh, dan telah
menyediakan seperangkat teknik untuk mempelajari sistem secara holistik,
sebagai upaya melengkapi metode reduksionins (reductionistic
methods) yang telah berkembang sebelumnya. Kerangka sistem merupakan dasar
penting untuk mempelajari organisasi. Berpikir secara
sistem mempertimbangkan berbagai teknik untuk memepalajari sistem dalam
berbagai bentuk. Ia lebih banyak menggunakan pola pikir holistik dibandingkan
teknik reduksionis. Disini dipelajari kaitan-kaitan (linkages), interaksi, dan proses antara elemen-elemen yang
membangun sistem secara keseluruhan. Seorang pemikir sistem, mempertimbangkan
bahwa sebuah sistem adalah dinamis dan kompleks, sebagai hasil interaksi dari
unit yang terstruktur dan seimbang. Informasi mengalir dari elemen-elemen yang
berbeda dalam sistem. Namun ingat juga tentang lingkungan, karena sebuah sistem
berada dalam lingkungannya sendiri, dan informasi
maupun materi masuk dan keluar ke lingkungan tersebut. Batas-batas sistem
ditentukan dengan mengukur frekwensi relatif interaksi, dimana interaksi
internal tiap anggota tentunya lebih tinggi dibandingkan dengan luar (antar
sistem).
Konsep
sistem telah berkembang menjadi “Teori Sistem” (The systems theory), yang menggunakan pendekatan interdisiplin untuk
mempelajari sistem.Teori Sistem dikembangkan oleh Ludwig von Bertalanffy, William Ross Ashby dan lainnya pada dekade 1940-an sampai 1970-an, dengan berbasiskan prinsip-prinsip ilmu fisika, biologi, dan teknik.
Lalu kemudian termasuk ilmu filsafat, sosiologi, teori organisasi, manajemen,
psikoterapi, dan ekonomi. Dua
objek yang menjadi fokus utama Teori Sistem adalah kopleksitas (complexity) dan kesalinghubungan (interdependence). Teori sistem di dalam
sosiologi didalami oleh Niklas Luhmann [4]. Kita pun mengenal “dinamika
sistem” (system dynamics) sebagai bagian dari Teori Sistem yang mempelajari
dinamika perilaku dari sistem. Dari ini misalnya kemudian lahirlah Teori
Chaos (Chaos Theory)) dan
Dinamika Sosial (social dynamics).
Prinsip
dasar teori sistem cukup sederhana, bahwa masyarakat merupakan suatu
keseluruhan yang saling tergantung[5],
seperti sebuah mobil kata ahli fisika, atau seperti sebuah organisme dalam
bidang biologi. Kelangsungan sistem ditentukan oleh pertukaran masukan dan
keluaran dengan lingkungannya. Setiap sistem terbagi dalam sejumlah variabel
subsistem, dimana tiap subsistem juga terdiri dari tatanan sub-subsistem yang
lebih kecil.
Teori
sistem telah berumur seratus tahun lebih[6].
Pada teori sosiologi dan politik, yang menonjol adalah David Easton dan Talcott
Parsons. Parsons melahirkan Teori Sistem yang berkaitan kemudian dengan
perspektif “struktural fungsional”. Dalam pandangan ini, sejumlah kebutuhan
harus dipenuhi kalau suatu masyarakat ingin hidup. Kebutuhan tersebut adalah
untuk penyesuaian, pencapaian tujuan, integrasi, dan pemeliharaan pola-pola.
Maka itu, perlu empat subsistem dalam masyarakat, yaitu ekonomi, politik,
kebudayaan, dan sosialisasi (melalui keluarga dan sistem pendidikan). Masyarakat
berkembang bila terjadi pertukaran yang kompleks di antara subsistem-subsistem.
Subsistem politik menghasilkan sumber-sumber, kekuasaan otoritas, yang kemudian
melahirkan ekonomi berdasarkan uang. Dengan otoritas yang diperoleh dari
negara, ekonomi menciptakan modal, yang pada gilirannya menjalankan politik.
Sistem secara luas digunakan dalam ilmu
manajemen. Analisa sistem pada konteks manajemen didasarkan atas penentuan
informasi yang terperinci yang dihasilkan setahap demi setahap dari proses, sehingga
diketahui bagaimana sistem bekerja agar memenuhi kebutuhan yang telah
ditentukan, dengan membangun kriteria jalannya sistem agar mencapai optimasi. Dari
proses identifikasi sistem dihasilakan spesifikasi yang terperinci tentang
peubah yang menyangkut rancangan dan proses kontrol. Identifikasi sistem
ditandai dengan adanya determinasi kriteria jalannya sistem yang akan membantu
dalam evaluasi alternatif sistem. Kriteria tersebut meliputi pula penentuan
output yang diharapkan, dan mungkin juga perhitungan rasio biaya dan manfaat [7].
Satu istilah yang sering digunakan masyarakat
umum, yang erat kaitannya dengan sistem adalah “model”. “Model” adalah rancangan struktur dalam bentuk kecil (small scale representation of something)
yang dapat diperbanyak dan dikembangkan, merupakan suatu abstraksi,
penyederhanaan suatu sistem, atau tiruan yang sederhana dari suatu sistem yang
nyata. Model seringkali digunakan untuk mempelajari sistem [8].
Dalam konteks pendekatan sistem, dikenal pula
“Pendekatan Analitis”. Meskipun bagi
sebagian orang terlihat sebagai “lawan”, namun sesungguhnya pendekatan
analitis (the analytic approach) dan pendekatan sistem (the systemic
approaches) lebih sebagai saling
melengkapi (complementary) daripada
berlawanan[9].
Pendekatan analitis berupaya memecah suatu sistem ke dalam elemen-elemen dasar
dalam upaya mempelajari secara detail dan memahami tipe dan interaksi yang ada
di antara mereka. Dengan memodifikasi satu variabel, dicoba menduga sifat umum
untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada seluruh sistem dalam satu
kondisi yang berbeda. Tabel berikut membandingkan perbedaan antara “pendekatan
analitis” dengan “pendekatan sistem”.
Pendekatan Analitis (Analytic Approach)
|
Pendekatan Sistem (Systemic Approach)
|
Terisolasi, berkosentrasi pada
elemen.
|
·
Menyeluruh (unifies) dan berkosentrasi kepada interkasi antara
elemen.
|
Mempelajari sifat interkasi
|
Mempelajari dampak dari
interaksi
|
Menekankan pada ketepatan
detail
|
Menekankan kepada persepsi global
|
Memodifikasi satu variabel pada
satu titik waktu tertentu saja
|
Memodifikasi sejumlah variabel secara
simultan
|
Gejala yang dipelajari
dipercaya bersifat reversible.
|
Percaya bahwa gejala bersifat irreversibility
|
Validitas fakta dibuktikan
melalui teori.
|
Validitas dicapai melalui
perbandingan antara perilaku ideal dengan perilaku realitas
|
Menggunakan ketepatan dan
detail dari model yang telah terbukti dalam dunia nyata (misalnya model-model econometric)
|
Menggunakan model yang tidak
didasarkan kepada pengetahuan, namun
lebih kepada kegunaannya untuk keputusan dan pelaksanaan (action). Atau,
lebih pragmatis.
|
Memiliki pendekatan yang
efisien jika interaksi bersifat linear and lemah (weak)
|
Akan lebih efisien jika
interaksi bersifat nonlinear dan kuat (strong)
|
Menyumbang kepada pemahaman
yang single discipline-oriented
|
Menyumbang kepada pemahaman
yang multidisiplin.
|
Membantu dalam menjalankan
program karena memberi pemahaman tentang detail
|
Membantu memahami tentang objek
yang sesungguhnya
|
Kuat dalam hal detail, namun
miskin tentang tujuan (defined goals)
|
Kaya tentang aspek tujuan,
namun lemah dalam detail.
|
Saat
ini telah dikembangkan beberapa metode yang populer yang sesungguhnya diturunkan
dari Teori Sistem, misalnya Analisa Jaringan (network analysis) dan “ECCO analysis”. ECCO adalah singkatan
dari “Episodic Communication Channels in
Organization”, yang menganalisis dari sekumpulan data yang dikumpulkan.
Metode ini didesain untuk menganalisa dan memetakan jaringan komunikasi,
mengukur kecepatan alirannya, mempelajari distrosi pesan yang mngkin terjadi,
dan masalah kesia-siaan (redundancy).
*****
[1] http://www.answers.com/system, 13 Mei 2005.
[2] Manetsch
dan Park (1979)
dikutip dalam Eriyatno. 1999. “Ilmu Sistem: Meningkatkan Mutu dan Efektivitas
Manajemen”. Jilid Satu. IPB Press, Bogor .
[3] “System Theory”. (http://www.tcw.utwente.nl/theorieenoverzicht/Theory%20clusters/
Communication%20Processes/System_Theory.doc., 9 mei 2005).
[4] Ini dapat dipelajari dalam Niklas Luhmann “Soziale Systeme”. Grundriss einer
allgemeinen Theorie, Frankfurt , Suhrkamp,
1994.
[5] Martin, Roderick, dalam buku “Sosiologi Kekuasaan”, hal 2-3.
[6] Teori sistem diintroduksikan tahun 1940-an
oleh biolog Ludwig von
Bertalanffy dengan tajuk “General Systems Theory”, dan dikembangkan kemudian oleh
Ross Ashby
yang mengintroduksikan konsep “Cybernetics”.
[7] Eriyatno. 1999. “Ilmu Sistem: Meningkatkan
Mutu dan Efektivitas Manajemen. Jilid Satu. IPB Press, Bogor . Hal. 26.
[8] Francis Heylighen and Cliff Joslyn. “What
is Systems Theory?” Prepared for the Cambridge
Dictionary of Philosophy. Copyright
Cambridge University
Press. (http://pespmc1.vub.ac.be/SYSTHEOR.html.,
9 Mei 2005).
[9] “Analytic vs. Systemic Approaches”. Copyright © 1997 Principia
Cybernetica - Referencing
this page. (http://pespmc1.vub.ac.be/ANALSYST.html., 9 Mei 2005).