Kamis, 21 Agustus 2008

Sistem

Kata “sistem” banyak sekali digunakan dalam percakapan sehari-hari, dalam forum diskusi maupun dokumen ilmiah. Kata ini digunakan untuk banyak hal, dan pada banyak bidang pula, sehingga maknanya menjadi beragam. Dalam pengertian yang paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan benda yang memiliki hubungan di antara mereka. (A "system" is a collection of things which have relationships among them). Pada redaksi bahasa yang sedikit berbeda,  sistem didefinisikan pula sebagai: “a group of interacting, interrelated, or interdependent elements forming a complex whole” [1]. Sistem adalah suatu gugus dari elemen yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau suatu gugus dari tujuan-tujuan[2]. Dari banyak pengertian tentang sistem yang berkembang, satu hal yang pasti adalah tentang aspek “keutuhan” (wholeness).

“Sistem” memiliki objek yang beragam, mulai dari hal fisik misalnya untuk organisme dan barang elektronik, pada dunia sosial misalnya untuk menyebut sebuah organisasi, sampai ke dunia ide misalnya “sistem nilai. Konsep “pemikiran sistem” lahir dari dunia ilmu alam yang digeluti Herbert Spencer dan penerusnya, serta bidang biologi oleh HJ Henderson dan pengikutnya. Konsep sistem telah digunakan dalam ilmu ekonomi, antroplogi, psikologi, ilmu politik, sosiologi, dan terutama dalam teori organisasi.
Sistem terdapat dalam tubuh manusia sebagai unit fungsi fisiologis, dalam suatu organisme berupa fungsi dan proses vital di dalamnya, dalam sekumpulan komponen mekanik dan elektrik pada benda elektronik, dalam suatu jaringan saluran sehingga memungkinkan untuk berkomunkasi, atau dalam suatu jaringan komputer yang saling terhubung dalam satu kantor misalnya. Sistem juga dapat bemakna sejumlah ide dan prinsip yang saling berhubungan yang terorganisasi, sebagai suatu bentuk organisasi sosial-ekonomi-politik, atau sebagai sejumlah objek dan fenomena yang terkelompok bersama.
Dalam makna sistem sebagai suatu organisasi dari sejumlah element dan bagian yang bekerja sebagai sebuah unit, maka beberapa kata yang dekat dengan pengertian ini adalah entity, integral, sum, totality,dan  whole. Sistem juga dapat bermakna sebagai sejumlah bagian yang berkomposisi saling terkoneksi, atau disebut sebagai kompleks (complex). Dan, dalam makna sebagai susunan dan desain yang sistematis, maka ia dekat dengan kata-kata: method, order, orderliness, organization, pattern, plan, systematization, dan systemization. Sedangkan, sebagai pendekatan yang digunakan untuk melihat sesuatu, makna sistem tergambar dalam kata-kata: fashion, manner, method, mode, modus operandi, style, dan way.
Sebuah sistem, adalah sebuah komposisi dari sejumlah element yang saling berinteraski sehingga membentuk sebuah kesatuan yang padu (a unified whole). Kata “sistem” berasal dari bahsa Latin and Yunani yang bermakna sebagai “combine, to set up, to place together”. Jadi, sebuah sistem berisi komponen atau elemen, yang saling terkoneksi secara bersama-sama dalam tujuan untuk memfasilitasi aliran informasi, materi, maupun energi. Setiap objek mestilah merupakan sebuah sistem.
Pada prinsipnya, setiap sistem selalu terdiri atas empat hal[3], yaitu: (1) Objek, yang dapat berupa bagian, elemen, ataupun variabel. Ia dapat benda fisik, abstrak, ataupun keduanya sekaligus; tergantung kepada sifat sistem tersebut. (2) Berisi atribut, yang menentukan kualitas atau sifat kepemilikan sistem dan objeknya. (3) Memiliki hubungan internal di antara objek-objek di dalamnya. Dan, (4) Sistem hidup dalam satu lingkungan tertentu.
Ada berbagai tipe sistem, yaitu sistem terbuka (open system) dimana pihak luar dapat mempengaruhinya, atau sebaliknya sebagai sebuah sistem tertutup (closed system). Sebuah sistem disebut dinamis apabila komponen ataupun interaksi di dalamnya berubah dalam dimensi waktu. Kita juga mengenal antara “sistem fisik” (physical systems) yang komponennya adalah meteri dan energi, dan “sistem non-fisik” (conceptual systems) yang merupakan dunia ide. Dalam ilmu komputer dan dunia informasi, “metode” adalah nama lain untuk menyebut “sistem”. Dalam pembangunan, sebuah organisasi adalah sistem manusia yang tergolong kepada conceptual systems, dimana komponennya adalah subsistem, proses, dan struktur. Contohnya, berpikir secara sistem (system thinking) merupakan aspek kepemimpinan yang penting. Salah satu jargon yang populer yang bertolak dari kesadaran tentang sistem adalah: “Thinks globally, acting locally”. Dengan memahami sistem, kita jadi tahu posisi kita dimana dalam sistem tersebut.
Berpikir secara sistem (systems thinking) telah berkembang jauh, dan telah menyediakan seperangkat teknik untuk mempelajari sistem secara holistik, sebagai upaya melengkapi metode reduksionins (reductionistic methods) yang telah berkembang sebelumnya. Kerangka sistem merupakan dasar penting untuk mempelajari organisasi. Berpikir secara sistem mempertimbangkan berbagai teknik untuk memepalajari sistem dalam berbagai bentuk. Ia lebih banyak menggunakan pola pikir holistik dibandingkan teknik reduksionis. Disini dipelajari kaitan-kaitan (linkages), interaksi, dan proses antara elemen-elemen yang membangun sistem secara keseluruhan. Seorang pemikir sistem, mempertimbangkan bahwa sebuah sistem adalah dinamis dan kompleks, sebagai hasil interaksi dari unit yang terstruktur dan seimbang. Informasi mengalir dari elemen-elemen yang berbeda dalam sistem. Namun ingat juga tentang lingkungan, karena sebuah sistem berada dalam lingkungannya sendiri,  dan informasi maupun materi masuk dan keluar ke lingkungan tersebut. Batas-batas sistem ditentukan dengan mengukur frekwensi relatif interaksi, dimana interaksi internal tiap anggota tentunya lebih tinggi dibandingkan dengan luar (antar sistem).
Konsep sistem telah berkembang menjadi “Teori Sistem” (The systems theory), yang menggunakan pendekatan interdisiplin untuk mempelajari sistem.Teori Sistem dikembangkan oleh Ludwig von Bertalanffy, William Ross Ashby dan lainnya pada dekade 1940-an sampai 1970-an, dengan berbasiskan prinsip-prinsip ilmu fisika, biologi, dan teknik. Lalu kemudian termasuk ilmu filsafat, sosiologi, teori organisasi, manajemen, psikoterapi, dan ekonomi.  Dua objek yang menjadi fokus utama Teori Sistem adalah kopleksitas (complexity) dan kesalinghubungan (interdependence). Teori sistem di dalam sosiologi didalami oleh Niklas Luhmann [4]. Kita pun mengenal “dinamika sistem” (system dynamics) sebagai bagian dari Teori Sistem yang mempelajari dinamika perilaku dari sistem. Dari ini misalnya kemudian lahirlah Teori Chaos (Chaos Theory)) dan Dinamika Sosial (social dynamics).
Prinsip dasar teori sistem cukup sederhana, bahwa masyarakat merupakan suatu keseluruhan yang saling tergantung[5], seperti sebuah mobil kata ahli fisika, atau seperti sebuah organisme dalam bidang biologi. Kelangsungan sistem ditentukan oleh pertukaran masukan dan keluaran dengan lingkungannya. Setiap sistem terbagi dalam sejumlah variabel subsistem, dimana tiap subsistem juga terdiri dari tatanan sub-subsistem yang lebih kecil.
Teori sistem telah berumur seratus tahun lebih[6]. Pada teori sosiologi dan politik, yang menonjol adalah David Easton dan Talcott Parsons. Parsons melahirkan Teori Sistem yang berkaitan kemudian dengan perspektif “struktural fungsional”. Dalam pandangan ini, sejumlah kebutuhan harus dipenuhi kalau suatu masyarakat ingin hidup. Kebutuhan tersebut adalah untuk penyesuaian, pencapaian tujuan, integrasi, dan pemeliharaan pola-pola. Maka itu, perlu empat subsistem dalam masyarakat, yaitu ekonomi, politik, kebudayaan, dan sosialisasi (melalui keluarga dan sistem pendidikan). Masyarakat berkembang bila terjadi pertukaran yang kompleks di antara subsistem-subsistem. Subsistem politik menghasilkan sumber-sumber, kekuasaan otoritas, yang kemudian melahirkan ekonomi berdasarkan uang. Dengan otoritas yang diperoleh dari negara, ekonomi menciptakan modal, yang pada gilirannya menjalankan politik.
Sistem secara luas digunakan dalam ilmu manajemen. Analisa sistem pada konteks manajemen didasarkan atas penentuan informasi yang terperinci yang dihasilkan setahap demi setahap dari proses, sehingga diketahui bagaimana sistem bekerja agar memenuhi kebutuhan yang telah ditentukan, dengan membangun kriteria jalannya sistem agar mencapai optimasi. Dari proses identifikasi sistem dihasilakan spesifikasi yang terperinci tentang peubah yang menyangkut rancangan dan proses kontrol. Identifikasi sistem ditandai dengan adanya determinasi kriteria jalannya sistem yang akan membantu dalam evaluasi alternatif sistem. Kriteria tersebut meliputi pula penentuan output yang diharapkan, dan mungkin juga perhitungan rasio biaya dan manfaat [7].
Satu istilah yang sering digunakan masyarakat umum, yang erat kaitannya dengan sistem adalah “model”. “Model” adalah rancangan struktur dalam bentuk kecil (small scale representation of something) yang dapat diperbanyak dan dikembangkan, merupakan suatu abstraksi, penyederhanaan suatu sistem, atau tiruan yang sederhana dari suatu sistem yang nyata. Model seringkali digunakan untuk mempelajari sistem [8].
Dalam konteks pendekatan sistem, dikenal pula “Pendekatan Analitis”. Meskipun bagi sebagian orang terlihat sebagai “lawan”, namun sesungguhnya pendekatan analitis  (the analytic approach) dan pendekatan sistem (the systemic approaches) lebih sebagai  saling melengkapi (complementary) daripada berlawanan[9]. Pendekatan analitis berupaya memecah suatu sistem ke dalam elemen-elemen dasar dalam upaya mempelajari secara detail dan memahami tipe dan interaksi yang ada di antara mereka. Dengan memodifikasi satu variabel, dicoba menduga sifat umum untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada seluruh sistem dalam satu kondisi yang berbeda. Tabel berikut membandingkan perbedaan antara “pendekatan analitis” dengan “pendekatan sistem”.


Pendekatan Analitis (Analytic Approach)
Pendekatan Sistem (Systemic Approach)
Terisolasi, berkosentrasi pada elemen.
·                     Menyeluruh (unifies) dan berkosentrasi kepada interkasi antara elemen.
Mempelajari  sifat interkasi
Mempelajari dampak dari interaksi
Menekankan pada ketepatan detail
Menekankan kepada persepsi global
Memodifikasi satu variabel pada satu titik waktu tertentu saja
Memodifikasi sejumlah variabel secara simultan
Gejala yang dipelajari dipercaya bersifat reversible.
Percaya bahwa gejala bersifat  irreversibility
Validitas fakta dibuktikan melalui teori.
Validitas dicapai melalui perbandingan antara perilaku ideal dengan perilaku realitas
Menggunakan ketepatan dan detail dari model yang telah terbukti dalam dunia nyata (misalnya  model-model econometric)
Menggunakan model yang tidak didasarkan kepada pengetahuan,  namun lebih kepada kegunaannya untuk keputusan dan pelaksanaan (action). Atau, lebih pragmatis.
Memiliki pendekatan yang efisien jika interaksi bersifat linear and lemah (weak)
Akan lebih efisien jika interaksi bersifat nonlinear dan kuat (strong)
Menyumbang kepada pemahaman yang single discipline-oriented
Menyumbang kepada pemahaman yang multidisiplin.
Membantu dalam menjalankan program karena memberi pemahaman tentang detail
Membantu memahami tentang objek yang sesungguhnya
Kuat dalam hal detail, namun miskin tentang  tujuan (defined goals)
Kaya tentang aspek tujuan, namun lemah dalam detail.

Saat ini telah dikembangkan beberapa metode yang populer yang sesungguhnya diturunkan dari Teori Sistem, misalnya Analisa Jaringan (network analysis) dan “ECCO analysis”. ECCO adalah singkatan dari “Episodic Communication Channels in Organization”, yang menganalisis dari sekumpulan data yang dikumpulkan. Metode ini didesain untuk menganalisa dan memetakan jaringan komunikasi, mengukur kecepatan alirannya, mempelajari distrosi pesan yang mngkin terjadi, dan masalah kesia-siaan (redundancy).

*****




[2] Manetsch dan Park(1979) dikutip dalam Eriyatno. 1999. “Ilmu Sistem: Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen”. Jilid Satu. IPB Press, Bogor.
[4] Ini dapat dipelajari dalam Niklas LuhmannSoziale Systeme”. Grundriss einer allgemeinen Theorie, Frankfurt, Suhrkamp, 1994.
[5] Martin, Roderick, dalam buku  “Sosiologi Kekuasaan”, hal 2-3.
[6] Teori sistem diintroduksikan tahun 1940-an oleh biolog Ludwig von Bertalanffy dengan tajuk General Systems Theory”, dan dikembangkan kemudian oleh Ross Ashby yang mengintroduksikan konsep “Cybernetics.
[7] Eriyatno. 1999. “Ilmu Sistem: Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. Jilid Satu. IPB Press, Bogor. Hal. 26.
[8] Francis Heylighen and Cliff Joslyn. “What is Systems Theory?” Prepared for the Cambridge Dictionary of Philosophy. Copyright Cambridge University Press. (http://pespmc1.vub.ac.be/SYSTHEOR.html., 9 Mei 2005).
[9] “Analytic vs. Systemic Approaches”. Copyright © 1997 Principia Cybernetica - Referencing this page. (http://pespmc1.vub.ac.be/ANALSYST.html., 9 Mei 2005).